Senin, 04 Februari 2008

Illustrasi



JANGAN BERGAUL DENGAN

YANG JAHAT


Di sebuah kampung yang terletak di salah satu kota besar di Indonesia ini, tinggallah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah/ibu dan dua anaknya laki-laki, yang masih kecil; Budi 8 tahun dan Anto 10 tahun. Pak Edi, ayah Budi dan Anto dikenal sebagai seorang yang cukup simpatik, di lingkungan di mana ia tinggal. Ia memang seorang yang kelihatannya sangat ramah, sopan dan pandai bergaul, sehingga banyak orang-orang kampung yang datang ke rumahnya untuk meminta nasehat-nasehat tertentu. Hanya ada satu hal yang tidak diketahui oleh para tetangga pak Edi, yaitu apakah sebenarnya pekerjaan pak Edi ini ?

Memang rumah tangganya tidak kelihatan mewah dan berkelebihan, tetapi tidak bisa dikatakan miskin. Nampaknya mereka selalu berada dalam kecukupan secara ekonomis. Apakah gerangan pekerjaan pak Edi? Kalau tetangganya menanyakan hal ini, biasanya pak Edi selalu menjawab bahwa ia belum mempunyai pekerjaan yang tetap dan hanya bekerja serabutan saja, kadang-kadang jadi makelar rumah atau yang lainnya, yang sejenis dengan itu. Para tetangganya harus puas dengan jawaban itu dan mereka tidak pernah menaruh syak wasangka atau kecurigaan kepada pak Edi. Anto dan Budi juga sehari-hari bergaul rapat dengan anak-anak lain di kampung.

Pada suatu hari terjadilah satu hal yang tidak biasa di kampung itu, serombongan polisi mendatangi kampung ini dan menanyakan di manakah rumah Pak Edi. Polisi itu segera mengepung rumah Pak Edi dan tak lama kemudian masyarakat di situ melihat pak Edi keluar dari rumahnya dengan tangan yang dibelenggu oleh polisi. Terbukalah sekarang rahasia dari pak Edi. Ternyata pak Edi yang ramah, sopan dan simpatik itu tak lain dan tak buykan seoang anggota sindikat kejahatan kelas internasional yang telah sangat sering mengadakan kejahatan-kejahatan yang berupa; penipuan, perampokan, pemerkosaan dan lain sebagainya. Penduduk kampung itu tak habis pikir serta tak habis-habisnya mempergunjinkan hal ikhwal pak Edi yang telah ditangkap oleh polisi itu. Kini bagaimanakah dengan bu Edi serta kedua anaknya Budi dan anto? Setelah peristiwa yang cukup mengejutkan itu, ternyata ada suatu perubahan sikap yang sangat besar dari masyarakat terhadap keluarga bu Edi. Penduduk kampung yang tadinya selalu terbuka, kini jadi kurang senang bergaul dengan bu Edi. Tetangga-tetangga mulai memperingatkan anak-anak mereka:"Janganlah kamu bermain-main dengan si Budi dan Anto, anak bu Edi itu!" Anak-anak tentu bertanya: "Mengapa demikian ? "Para ibu atau ayah menjelaskan:"Anto dan Budi bukan anak orang yang baik, mereka adalah anak penjahat. Pak Edi, ayahnya di penjara karena kejahatannya. Jadi janganlah bermain-main dengan anak-anak penjahat itu. Demikianlah kehidupan bu Edi serta Anto dan Budi terasing dari lingkungannya dan karena mereka tidak tahan dengan keadaan ini, tak lama kemudian mereka pindah ke tempat lain.

Itulah yang acapkali trjadi dalam kehidupan manusia, bukan ? Selalu saja ada orang yang merasa berasal dari keturunan baik-baik, dari keluarga yang tak ternoda, dari lingkungan yang sopan dan lain sebagainya, lalu mereka menilai orang/keluarga lain lebih rendah derajatnya dari mereka. Itulah sikap manusia di dunia ini. Yang merasa baik dan suci tidak suka berdekatan dan beramah-tamah dengan yang dianggapnya hitam dan kotor, seolah-olah takut kecipratan kotor dan gelapnya.

Alangkah lainnya hal itu dengan nada yang kita dengan dari Yohanes 3:16 sebagai berikut:"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. "Saudara, perhatikanlah keindahan berita ini. Allah begitu mengasihi dunia ini.

Siapakah Allah ? Ia adalah al-Chalik, pencipta semesta alam yang suci, mulia dan indah. Siapakah dunia ? dunia tak lain adalah dunia yang sudah rusak karena dosa dan kejahatan manusia. Jadi, kalau kita memakai kebiasaan manusia seperti yang kita lihat di kampung bu Edi, kelompok orang yang merasa baik enggan bergaul dengan kelompok yang dianggap kotor. Jadi alangkah jauh bedanya. Allah yang suci, mulia seharusnya juga enggan bergaul dengan dunia yang kotor dengan dosa. Begitukah bunyi Yohanes 3:16 ? Oh tidak, sekali lagi tidak. Allah bukanlah manusia seperti orang-orang di kampung bu Edi itu. Meskipun dunia kotor dengan dosa, Allah sangat mengasihi dunia ini dan bukti dari kasih ini ialah dengan diutusnya Yesus Kristus datang dan bergaul di tengah-tengah dunia yang kotor, bahkan mengorbankan Dirinya untuk umat manusia yang berdosa ini. Sungguh besar kasih sayang Allah kepada dunia ini, yang di dalamnya juga tercakup saudara dan saya. Sungguh indah anugerahNya yang tak dapat diuukur dengan kata-kata manusia. Meskipun saudara dan saya penuh dengan dosa, Allah sekali-kali tidak membenci saudara. Ia mengasihi kita dan bersedia memberikan keampunan dosa serta hidup yang kekal kepada barangsiapa yang mau percaya. Bagaimanakah tanggapan saudara atas kasih yang diulurkan oleh Allah ini?

Tidak ada komentar: