Senin, 26 Mei 2008

Dengarkan mereka bicara



BURUNG MUDA YANG LUPA DIRI


Adalah seekor burung Elang muda yang baru saja dapat terbang mengangkasa. Karena kedua orang tuanya sedang pergi mencari makan, maka ia ditinggalkan sendirian di dalam sarangnya. Tetapi dasar namanya anak nakal, begitu ia dapat mengangkasa pertama kali dan dilihatnya kedua orang tuanya tidak tampak mengawasi, maka yang terpikir olehnya kemudian keinginan untuk dapat terbang setinggi mungkin dan sejauh mungkin.

Dan benarlah, bahwa pemandangan yang tampak olehnya sedemikian indah dan mengagumkannya. Makin tinggi dan makin jauh ia pergi, pemandangannya semakin mempesona. Langit tampak begitu luas, biru menghampar seolah tak ada batas. Sementara awan berarak-arak seprti lukisan nan semarak. Demikian juga halnya dengan sawah, hutan, danau dan lautan yang menghampar di bawah kepak sayapnya, seolah-olah seperti permadani nan elok, yang menyajikan pesona yang tiada taranya. Yang tak habis-habisnya dan hanya disajikan untuk dirinya belaka. Pendek kata, tak ada kata-kata yang paling tepat untuk dapat menggambarkan rasa pesona seperti yang dialaminya saat itu. Maka serunya dalam girang hati. "Aku sudah terbang tinggi mengatasi pohon dan gunung-gunung." katanya.

Tak terasa, terbangnya pun sudah sedemikian jauh mengarungi angkasa yang tak terbatas itu. Namun ia tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya ada sepasang mata selalu mengikutinya ke manapun ia bergerak. Mata itu adalah mata seorang pemburu, yang telah siap dengan jala yang hendak memerangkapnya. Maka begitu si burung muda ini tampak trelena dan merendah, dilemparkannyalah jalannya itu: hup! kena! Burung muda itu masuk peangkap Sang Pemburu. Segala upaya untuk dapat lepas dari perangkap itu sia-sia belaka, karena ia belum pernah diajari bagaimana ia harus melepaskan diri dari perangkap semacam itu. Maka yang dapat dilakukannya hanyalah menyesali semua yang telah terjadi.

"Ya. Seandainya aku tidak keluar dari sarang, pasti aku tidak akan terperangkap seperti ini." sesalnya. Sementara itu di sarang, rumah mereka, induknya sedang menangis tersedu-sedu karena kehilangan anak. Dan bapaknya pun tampak bermuka muram menahan cemas, dikelilingi oleh burung-burung elang lain tetangganya. "Jangan-jangan ia sudah terbang tinggi dan tidak pernah dapat kembali lagi." keluh Pak Elang penuh kecemasan.

"Kurasa tidak, Pak Elang." sahut Pak Bangau. "Tak pernah ada burung terbang lebih tinggi daraipada bukit. Apalagi ia masih seekor burung muda." lanjutnya. "Maka ayolah. Kita bersama-sama mencari dia sampai ketemu. Karena dengan bekerja bersama-sama kita bisa menggunakan banyak mata untuk menjadi lebih waspada."

Dan benar. Tidak lama setelah masyarakat burung itu beramai-ramai mengerahkan tenaga, akhirnya elang muda itu dapat diselamatkan kembali.

*******

Burung muda yang baru belajar terbang selalu berkata, "Aku dapat terbang

tinggi mengatasi pohon dan gunung-gunung." Tetapi burung tua akan berkata,

"Tak pernah ada burung terbang lebih tinggi daripada bukit.'


"Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak

mendengarkan hardikan." (Amsal 13:1).

"

Tidak ada komentar: