Rabu, 15 Oktober 2008

ILLUSTRASI


PENGORBANAN YANG TIDAK SIA-SIA

Beberapa tahun yang lalu di negeri India pernah terjadi suatu peristiwa heroik yang sangat mengharukan yang terjadi di sebuah jembatan kereta api yang sudah tua. Jembatan kereta api itu sebenarnya sudah lapuk dan harus segera diganti; namun rupa-rupanya sebelum jembatan itu sempat diganti atau diperbaiki, sudah terjadi suatu peristiwa yang cukup menggemparkan. Pada suatu sore turunlah hujan yang sangat lebat sehingga air sungai di bawah jembatan tua itu sedikit demi sedikit naik permukaannnya sehingga akhirnya air menggenangi jembatan itu serta menghanyutkannya bersama dengan derasnya air sungai yang sedang membanjir itu. Jembatan tua yang telah bertahun-tahun berdiri dengan megahnya itu kini ternyata tak dapat lagi menahan derasnya arus banjir sehingga keadaannya sungguh gawat bagi kereta api yang biasanya lewat di atas jembatan itu. Tak seorang pun yang mengetahui hal itu karena hujan sangat deras, serta jembatan itu terpencil, apalagi hari sudah mulai gelap. Setelah hujan berhenti dan cuaca sedikit lebih baik, seorang petani yang hendak pulang ke kampungnya berjalan di dekat jembatan itu. Dan apakah yang dilihatnya ? Astaga.......jembatan kereta api yang biasanya dilewatinya trnyata sudah tidak ada lagi di tempatnya, sudah hanyut terbawa banjir. Padahal, demikian pikir si petani itu, tak lama lagi pasti ada kereta api yang bermuatan beratus-ratus penumpang akan lewat di situ. Ia mengetahui hal ini sebab ia sudah terbiasa mondar-mandir di tempat jembatan tua ini. Apa akal? Hari sudah gelap dan tak ada satu lentera pun di situ. Yah apakah yang harus ia perbuat? Ia ingin sekali menolong kereta api yang sebentar lagi akan lewat itu, tetapi apakah yang dapat ia laksanakan di suatu daerah yang terpencil dan jauh dari keramaian? Kalau ia pulang ke rumah atau pergi ke desa terdekat untuk minta lentera tentunya akan terlambat. Ia memikirkan, kalau tidak ada orang yang menolong, bagaimanakah nasib ratusan oang yang ada di dalam kereta api itu? Sementara petani ini termangu-mangu berpikir tentang tindakan apa yang harus diambilnya, telinganya mulai mendengar suara kereta api malam yang mendekat. Hatinya semakin gelisah, apakah ia akan diam saja dan melihat malapetaka trjadi di hadapan matanya? Apakah ia akan menjadi seorang pengecut yang melihat darah ratusan orang yang tercurah di tempat itu?
"Ah-----tidak-----tidak----penumpang kereta api yang ratusan itu tidak boleh mati, harus kucari jalan agar aku dapat menghentikan kereta api itu. Aku akan mengorbankan diriku sendiri untuk hal ini." Kereta api semakin mendekat dan sinar lampu sorotnya sudah mulai kelihatan. Maka dengan penuh keberanian si petani miskin ini mengambil sebuah batu yang tajam yang ada disitu lalu batu tajam itu dihujamkannya dalam-dalam kepahanya sehingga darah mengalir dengan derasnya. Dibukanya bajunya yang putih dan darah yang trpancar dari luka di pahanya itu ditampungnya dengan baju putihnya itu sehingga baju tersebut penuh berlepotan darah yang merah itu. Lalu dengan segera ia berdiri di tepi rel kereta api sambil melambai-lambaikan bajunya yang penuh darah itu dengan harapan sang masinis kereta api melihat warna merah yang dilamba-lambaikan bajunya yang penuh darah itu dengan harapan sang masinis kereta api melihat warna merah yang dilambai-lambaikannya itu dan mengerti akan hal itu sehingga menghentikan kereta apinya tepat pada waktunya. Apa yang terjadi? Syukurlah.........masinis kereta api malam itu ternyata cukup sigap untuk melihat baju yang penuh darah itu sehingga dengan segera ia menarik rem sehingga kereta api berhenti dengan tiba-tiba. Semua penumpang terkejut dan mereka keluar untuk melihat apa yang terjadi. alangkah bersyukurnya mereka, ketika mereka melihat beberapa puluh meter di depan kereta yang mereka tumpangi menganga sebuah lubang besar sebab jembatan yang biasa dilalui sudah tidak ada lagi. Lalu mereka mencari siapakah orang yang telah menolong mereka. Mereka menjumpai si petani miskin itu terkapar di tanah yang becek mengerang-ngerang karena lukanya yang parah. Darahnya banyak keluar sehingga ia hampir mati. Dengan segera mereka memberikan pertolongan sedapat-dapatnya. Petani itu dibawa ke desa yang terdekat. Tetapi di tengah jalan ia menghembuskan nafasnya yang penghabisan sebab sehabisan darah. Semua orang terharu melihat pengorbanan besar yang diperbuat oleh peani ini. Ia rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan ratusan jiwa penumpang kereta api. Pemerintah memberikan tanda jasa dan penghargaan anumerta kepadanya. Bukankah ini merupakan suatu contoh dari kasih yang luar biasa? Alkitab juga mengisahkan suatu cerita kasih yang jauh lebih luhur dan agung dari pada pengorbanan si petani miskin di India itu. Demi kasihNya kepada dunia yang kotor dan berdosa ini, Allah telah mengutus PutraNya yang tunggal, Yesus Kristus, untuk datang ke dalam dunia, menderita di atas kayu salib bukan untuk kesalahan dan dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus dan mengampuni dosa-dosa manusia, supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Inilah pengorbanan yang sangat agung dan terbukti dari kasih Allah kepada dunia ini. Dan obyek kasih iini tak lain adalah: Saudara sendiri !

Tidak ada komentar: