Minggu, 28 Oktober 2007

HUMOR

Pak Pendeta Tahu Buntutan Juga
Suatu hari Freddy Geseh enak-enak duduk di pinggir jalan, menanti ban sepeda motornya yang sedang ditambal. Asap rokoknya ngepul terus mirip cerobong pabrik. Matanya lirik sana lirik sini memeriksa jalanan, kalau-kalau ada wajah klimis. Syukur-syukur ada yang manis. Lumayan, buat cuci mata. Gratis kan !
Dasar rejeki belum nomplok, yang lewat bukannya nona manis, tapi Pak Pendeta Jaya Wiguna. Pak Pendeta yang menjelas pensiun itu jalan dengan santai sambil melenggangkan tangannya tanpa menghiraukan terik matahari. Yang muda saja, kalau tanpa sepeda motor enggan pergi. Eh, Pak Pendeta yang sudah uzur nitu malah lebih suka jalan kaki, pikir Freddy Geseh.
"Selamat siang, Pak Pendeta !" sapa Freddy Geseh. "Dari mana saja, Pak ? Panas-panas begini kok jalan kaki !"
"Cari keringat," jawab Pak Pendeta. "Mana istrimu, tidak kauajak?"
"Sedang ke toko, Pak Pendeta."
"Ooo," sahut Pak Pendeta sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bagaimana rejekimu,baik?"
"Lagi sepi, Pak."
"Apa buntutannya nggak nyangkut?"
"Blong! Sonjinya yang jelek!"
"Puji Tuhan!"
"Lho, kok puji Tuhan !" Freddy Geseh penasaran.
"Kalau buntutanmu blong memang harus puji Tuhan. Soalnya, rejekimu sedang seret saja kamu sudah banyak tingkah, apalagi kalau kamu banyak duit!"
Untuk direnungkan:
Banyak atau sedikitnya uang tidak menjamin watak seseorang bertambah baik.
"Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami ktakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna." 2 Tesalonika 3:10-11.

Tidak ada komentar: